Di sebuah desa kecil bernama Teluk Hijau, terdapat sebuah legenda yang telah diceritakan turun-temurun oleh para nenek moyang penduduk setempat. Legenda ini berkisar pada asal usul bau amis yang melekat pada ikan-ikan di laut yang mengelilingi desa.
Dahulu kala, ketika Teluk Hijau masih merupakan sebuah wilayah yang belum dijamah oleh manusia, lautnya sangat jernih dan ikan-ikan di dalamnya sangat berlimpah. Para dewa laut yang tinggal di kuil bawah laut, di bawah pimpinan dewa laut utama bernama Nautika, memelihara kehidupan di dalamnya dengan penuh kasih sayang.
Nautika adalah dewa yang sangat bijaksana dan adil. Ia memiliki rambut sepanjang ombak dan mata yang bersinar seperti mutiara. Namun, di antara para dewa laut, terdapat seorang dewa bernama Odium yang memiliki sifat sombong dan tamak. Odium selalu iri dengan kekuasaan Nautika dan berusaha untuk merebut tahta dewa laut.
Suatu hari, Odium menemukan sebuah mantra kuno yang dikatakan dapat memberikan kekuatan tak terbatas kepada penggunanya. Dengan terobsesi untuk menguasai laut, Odium mempelajari mantra tersebut dan akhirnya berhasil mengaktifkannya. Namun, efek samping dari mantra tersebut adalah menciptakan bau amis yang tak terelakkan pada ikan-ikan di laut.
Bau amis ini tidak hanya mengganggu para penduduk laut, tetapi juga membuat ikan-ikan menjadi tak enak dimakan oleh manusia. Nautika, yang menyadari dampak buruk dari mantra tersebut, segera mengumpulkan pasukan dewa laut untuk menghadapi Odium.
Pertempuran antara Nautika dan Odium berlangsung dengan sengit. Odium, yang kini memiliki kekuatan luar biasa, berusaha untuk menghancurkan Nautika dan mengambil alih kendali atas laut. Namun, Nautika tidak pernah menyerah. Ia menggunakan kebijaksanaan dan cinta yang ia miliki terhadap laut untuk membalikkan mantra yang telah digunakan Odium.
Dengan bantuan para dewa laut lainnya, Nautika berhasil mematahkan mantra tersebut dan mengembalikan keseimbangan di laut. Odium, yang kehilangan kekuatannya, diusir ke dasar laut yang paling dalam sebagai hukumannya. Namun, bau amis yang telah tercipta tidak dapat dihilangkan sepenuhnya.
Nautika, yang merasa bersalah atas kejadian tersebut, memutuskan untuk menjaga bau amis tersebut sebagai tanda bahwa kekuatan yang tidak dikendalikan dapat membawa malapetaka. Ia juga membuat perjanjian dengan para penduduk laut dan manusia untuk selalu menjaga keseimbangan di laut dan tidak pernah lagi menggunakan mantra yang dapat merusaknya.
Sejak saat itu, bau amis pada ikan menjadi tanda bahwa laut masih memiliki cerita yang belum terungkap dan bahwa keseimbangan di antara semua makhluk di dalamnya harus selalu dijaga. Desa Teluk Hijau, yang telah belajar dari legenda tersebut, selalu menghormati dan menjaga laut sebagai warisan dari nenek moyang mereka.
Dan demikianlah, bau amis pada ikan tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan di laut, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan yang harus selalu dijalankan dengan bijak dan penuh rasa tanggung jawab.